Menurut
Thomas Lickona (Sutawi, 2010), ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu
negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda
tersebut adalah:
- meningkatnya kekerasan pada remaja
- penggunaan kata-kata yang memburuk
- pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan
- meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas
- kaburnya batasan moral baik-buruk,
- menurunnya etos kerja
- rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
- rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
- membudayanya ketidakjujuran
- adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Meski
dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari kesepuluh tanda
tersebut tampaknya sedang menghinggapi negeri ini. Dari kesepuluh tanda-tanda
tersebut, aspek yang kesembilan yakni membudayanya ketidakjujuran
tampaknya menjadi persoalan serius di negeri ini. Kejujuran seolah-olah
telah manjadi barang langka.
Atas
dasar itulah maka pendidikan
karakter menjadi amat penting. Pendidikan karakter menjadi tumpuan
harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang kehancuran yang
lebih dalam.
Meski
hingga saat ini belum ada rumusan tunggal tentang pendidikan karakter yang efektif, tetapi barangkali tidak ada
salahnya jika kita mengikuti nasihat dari Character Education
Partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan program pendidikan karakter yang efektif, seyogyanya
memenuhi beberapa prinsip berikut ini:
- Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
- Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif, di dalamnya mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
- Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam pengembangan karakter.
- Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)
- Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
- Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
- Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri yang kuat
- Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi sosok teladan bagi para siswa.
- Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan karakter dalam jangka panjang.
- Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter
- Secara teratur, sekolah melakukan asesmen terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa dapat mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan
dengan pengembangan dan peningkatan nilai-nilai inti etika di sekolah, tentu
kita gembira jika sekolah-sekolah kita dapat menempatkan kejujuran sebagai prioritas utama
dalam pengembangan program pendidikan karakter di sekolah. Gordon Allport
menyebutkan bahwa ‘”kejujuran adalah mahkota tertinggi dari sistem
kepribadian individu”. Jadi. sehebat apapun kepribadian seseorang jika di
dalamnya tidak ada kejujuran, maka tetap saja dia hidup tanpa mahkota,
bahkan mungkin justru dia bisa menjadi manusia yang berbahaya dan
membahayakan.